Wakil Presiden Direktur Kreatif Nike Martha Moore menemukan solusi atas masalah terkait pakaian renang Muslimah. Di kolam renang dan pantai, dia sering memperhatikan wanita dan gadis Muslim tidak berenang. Sementara mereka yang berenang, mengenakan pakaian renang yang menurutnya kurang ideal.
“Sangat berat, sangat basah, sangat tidak nyaman. Dan ketika seorang desainer melihat masalah seperti itu, ‘kami suka, kami dapat membantu Anda’,” kata Moore dilansir Quartz, Selasa (10/12), dikutip Republika.co.id.
Solusi Nike adalah koleksi Victory Swim, lini baru pakaian renang sederhana yang rencananya akan dirilis pada Februari mendatang. Nike menyebutnya sebagai contoh komitmennya terhadap inklusivitas.
Hal ini membantu Nike menjangkau lebih banyak wanita, sebuah kelompok yang disebutnya prioritas bisnis teratas. Nike khususnya menyasar wanita Muslim, bagian dari basis pelanggan potensial yang tumbuh pesat.
Menurut laporan State of the Global Islamic Economy, secara global umat Islam mewakili pasar yang besar dan semakin bernilai. Pada 2018, total pengeluaran Muslim untuk pakaian dan alas kaki mencapai sekitar 283 miliar dolar AS. Pada 2024, ia memproyeksikan angkanya akan tumbuh hingga 402 miliar dolar AS.
Menurut Moore, pakaian sederhana lain fokus pada solusi untuk menutupi tubuh, bukan yang paling inovatif. Dia mengamati dan berbicara dengan banyak atlet untuk mencari tahu apa yang mereka butuhkan.
Selain itu juga pakaian renangnya tidak menghambat saat berada dalam air tanpa menjadi kencang, tertutup, dan terbuat dari kain yang tidak melekat pada tubuh saat basah. Sekitar 18 bulan, dengan 55 sampel baju, akhirnya Moore dan Nike mampu menciptakan produk tersebut.
“Baju renang yang terpisah akan dibanderol dengan harga 188 dolar AS (Rp 2,6 juta). Sedangkan versi cakupan penuh akan dijual seharga 600 dolar AS (Rp 8,4 juta).
“Ini sama inovatifnya dengan jaket lari atau jaket tahan air luar ruangan yang bisa Anda temukan di sana,” kata Moore. (Jeg)