Presiden Filipina Rodrigo Duterte Tantang Mahkamah Kriminal Internasional Menangkapnya

KAREBA – Presiden Filipina, Rodrigo Duterte menantang Mahkamah Kriminal Internasional (ICC) pada Jumat (20/12), untuk menangkap atau menggantungnya atas tuduhan pembunuhan di luar hukum dalam perang terhadap narkoba. Namun Duterte juga mengatakan menolak bekerja sama dengan pihak asing jika diadili.



ICC yang bermarkas di Den Haag belum memutuskan apakah akan menyelidiki Duterte atas tewasnya ribuan orang dalam perang narkoba. Para aktivis menuding Duterte melakukan kejahatan kemanusiaan karena menembak mati orang tanpa proses hukum.

“Kalian tidak membuat saya takut bahwa kalian akan memenjarakan saya di ICC. Saya tidak akan pernah mengizinkan diri saya menjawab orang-orang kulit putih ini,” kata Duterte dalam pidatonya di hadapan para kadet militer dan pasukan cadangan, dilansir dari Channel News Asia, dikutip merdeka.com, Sabtu (21/12).

“Saya tidak akan pernah, tak akan pernah, tak akan pernah menjawab satu pun pertanyaan dari kalian. Itu omong kosong bagi saya. Saya hanya bertanggung jawab terhadap rakyat Filipina. Rakyat Filipina yang akan mengadili. Dan jika kalian menggantung saya atas apa yang saya lakukan, silakan. Dengan senang hati,” tambahnya.

Duterte juga mengecam PBB setelah badan HAM lembaga dunia itu menyetujui resolusi pada Juli lalu untuk menyelidiki dugaan pelanggaran di Filipina.

Mantan wali kota itu berulang kali mengejek ICC dan mengancam akan menampar atau menangkap jaksa penuntutnya, yang pada Februari 2018 mengumumkan tengah dilakukan pemeriksaan pendahuluan terkait perang narkoba.

Duterte menanggapinya dengan secara sepihak membatalkan keanggotaan negaranya di ICC sebulan kemudian, tanpa persetujuan legislatif. Amnesty International menyebut langkahnya “salah arah” dan “pengecut”.

Jaksa ICC mengatakan yurisdiksi berlaku untuk kejahatan yang dilakukan ketika suatu negara adalah anggota ICC.

Kelompok-kelompok HAM mengatakan tindakan perang anti-narkoba Duterte telah menyebabkan pembunuhan sistematis. Polisi mengatakan hampir 7.000 orang yang mereka bunuh adalah tersangka narkoba melawan saat ditangkap. (Jeg)