Ini Kado Tahun Baru 2020, Guru Honor Desa Terpencil

 

BULUKUMBA.- Jelang tahun baru 2020, 65 orang guru honorer yang mengajar di desa-desa terpencil di Kabupaten Bulukumba patut bersyukur. Pasalnya mereka menerima insentif dari Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kabupaten Bulukumba.

Bacaan Lainnya

Seperti dirilis Humas Pemkab Bulukumba, ke 65 orang guru masing masing guru TK, SD dan SMP menerima insentif sebesar Rp400 ribu dan diserahkan l Wakil Bupati Tomy Satria Yulianto di aula Baznas Bulukumba, dipenghujung tahun 2019 atau tepatnya Selasa 31 Desember 2019.

Wakil Ketua Baznas, Kamaruddin mengungkapkan, konsep pemberian insentif ini mengusung slogan ‘Dari Guru Untuk Guru’, bahwa zakat infak sedekah yang berasal dari guru juga akan kembali kepada guru yang membutuhkannya.

Menurutnya, jika semua guru di Bulukumba menyetorkan zakat profesinya sebesar 2,5 persen, maka Baznas bisa memberikan insentif kepada 2000 guru honorer yang ada di Kabupaten Bulukumba.

“Untuk itu, kami berharap Pemda Bulukumba dapat membantu memaksimalkan potensi zakat dari para guru PNS, sehingga lebih banyak lagi guru honorer menerima zakat,” harapnya.

Dijelaskan, sejak terbentuk Baznas Bulukumba, pengumpulan zakat semakin bertambah dari awalnya hanya Rp400 juta pertahun menjadi Rp1,8 milyar. Dia meminta insentif yang diserahkan itu jangan dilihat dari jumlahnya, tapi sebaiknya dilihat dari niat tulus membantu para guru-guru honorer yang mengabdi di pelosok-pelosok desa.

“Sebelumnya, kami juga sudah menyerahkan insentif kepada guru-guru Raudhatul Athfal di bawah naungan Kemenag sebanyak 85 orang,” tambahnya.

Sementara itu, Wakil Bupati Tomy Satria Yulianto mengapresiasi dan penghargaan kepada Baznas yang telah menginisiasi pemberian insentif kepada guru honorer. Menurutnya hal tersebut adalah bentuk komitmen dan keberpihakan kepada guru yang telah mengabdikan dirinya untuk meningkatkan sumber daya manusia Bulukumba di daerah-daerah terpencil.

Tidak semua orang, kata Tomy mau memilih mengabdi dan mengarahkan tenaga serta pikirannya untuk mengajar di daerah-daerah terpencil tanpa ada penghargaan yang memadai. Dengan demikian, pemberian insentif itu adalah bentuk apresiasi kepada guru honor tersebut melalui program Baznas Bulukumba dari guru untuk guru. Selain itu sebagai wujud dari kepedulian bahwa ada guru-guru honor yang juga harus diperhatikan.

Potensi zakat di Bulukumba, lanjut Tomy bisa mencapai Rp80 milyar, sehingga dibutuhkan upaya maksimal dalam pengumpulannya. Olehnya itu ia berharap para guru honor tersebut juga menjadi influencer untuk mengajak masyarakat membayar zakatnya, baik zakat harta, profesi maupun zakat lainnya.

“Ke depan kita akan berupaya menformulasi peraturan di tingkat kabupaten yang mengatur bagaimana zakat-zakat profesi dari para guru, termasuk penerima sertifikasi untuk dikumpulkan dan distribusikan kembali ke para guru-guru honorer yang tergolong dhuafa,” katanya.

Tomy menyadari gagasan tersebut tidak mudah untuk direalisasikan dalam tempo yang singkat oleh karena terkait dengan kepentingan dari banyak orang.

“Tetap dibutuhkan kesabaran, butuh proses untuk menyadarkan semua pihak agar program ‘Dari Guru Untuk Guru” ini bisa dimaksimalkan,” jelas Tomy.

Namun yang terpenting, Tomy tetap mengharapkan para guru honorer tetap menjaga sikap kesukarelawanan tersebut, yang dalam bahasa agamanya adalah ikhlas melakukan pengabdian. “Jika mengajar dengan ikhlas, maka Insya Allah akan mendapatkan rezeki yang tidak akan kita duga dari mana datangnya,” kata Tomy menyemangati para guru honorer. ( Suaedy )