Valentine’s Day, Benarkah Hari Kasih Sayang?

Perpisahan yang Berujung Bahagia

Valentine’s day muncul pertama kali di Eropa pada abad ketiga masehi, pada saat itu berada dalam kekuasaan raja romawi bernama Claudus II Ghoticus. Dalam tindakan kekuasaannya, ia menghukum pancung seorang pendeta bernama Santo Valentine’s pada tanggal 14 Februari 269 masehi, karena dianggap bersalah menentang ketentuan kerajaan.

Santo Valentine’s menerima hukuman karena telah dianggap melanggar aturan kerajaan yang memberi ruang bercinta seorang remaja prajurit muda yang sedang menjalani cinta kasih sayang. Hal ini dianggap pelanggaran oleh kerajaan karena remaja yang belum menikah dianggap memiliki milintasi yang kuat di medan perang.

Namun, pandangan berbeda lahir dari pihak gereja yang menganggap hal ini sebagai perlindungan bagi orang yang bercinta, sehingga perbuatan Santo Valentine’s dinobatkan sebagai pahlawan kasih sayang. Maka pada tanggal 14 Februari ditetapkan sebagai hari kasih sayang bagi umat Kristiani.

Pandangan Islam terhadap valentine’s day

Valentine’s day merupakan hari kasih sayang bagi umat Kristiani, namun fakta lain menunjukkan ternyata umat Islam juga merayakannya. Bukan dalih untuk membatasi hak umat Kristiani merayakannya, juga bukan dalih untuk memberi kebebasan bagi umat Islam untuk merayakannya. Sebab hal ini sudah jelas dilarang oleh ajaran Islam.

Melarang umat Islam merayakan Valentine’s day bukan berarti mencederai prinsip toleransi, sebab toleransi dalam Islam telah diatur bahwa tidak ada toleransi dalam koridor ibadah.

Islam memandang perayaan Valentine’s day merupakan perayaan non-Islam, sehingga Islam melarang umatnya untuk merayakan sebagaimana sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Abu Daud “barang siapa yang menyerupai/ mengikuti suatu kaum maka ia termasuk kaum itu”.

Islam memandang Valentine’s day tidak sesuai ketentuan Islam terkait kasih sayang. Artinya Islam melarang perayaan Valentine’s day bukan berarti ia tidak mengajarkan tentang kasih sayang, konsep kasih sayang yang diajarkan oleh Islam sangat berbeda dengan momentum Valentine’s day. Dalam Islam mengajarka kasih sayang yang berlandaskan syariat Islam dengan tidak melakukan perbuatan ikhtilaf atau bercampur baur antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram.

Sungguh Islam adalah agama rahmatan lil alamin yang mengatur cinta kasih sayang secara hakiki, sebagaimana sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Muslim “Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Belum sempurna keimanan kalian hingga kalian saling mencintai. Tidakkah (kalian suka) aku tunjukkan pada perkara, jika kalian melakukan maka kalian akan saling mencintai? Sebarkan salam di antara kalian!”.
Islam memandang perayaan Valentine’s day, banyak hal-hal yang menyimpang dari ketentuan ajaran Islam. Bukti kongkritnya kita bisa lihat pada pasangan muda-mudi yang merayakan Valentine’s day biasanya terserang “virus merah jambu”. Mereka biasanya menggunakan aksesoris dan pakaian dengan warna serba merah jambu, yang tentu hal ini tidak sesuai ajaran Islam.

Virus Merah Jambu
Valentine’s day identik pasangan muda-mudi yang saling menyatakan cinta dengan landasan kasih sayang yang ditandai dengan pemberian kado berupa Silverqueen. Sesi ini melibatkan pasangan yang telah menjalin hubungan pacaran maupun pasangan yang baru akan melangsungkan hubugan pacaran.

Dalam Islam sudah jelas pacaran merupakan perbuatan zina dan tidak ada toleransi di dalamnya, dalil dalam alquran memperingati “dan janganlah kalian mendekati zina, sesungguhnya zina itu suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk” (Q.S Al-Isra:32).
Dalil ini sungguh menjadi peringatan bahwa tidak ada kompromi terhadap perkara yang dapat mengantarkan kepada perbuatan zina. Sebagaimana ayat ini menegaskan jangankan melakukan zina, mendekati saja sama sekali tidak boleh.

Walaupun Islam sudah mengatur hal demikian, namun faktanya di lapangan tidak dapat dipungkiri pasangan muda-mudi banyak terjebak dengan dengan momentum Valentine’s day ini.

Katanya hari kasih sayang, tapi nyatanya tidak dapat memberi kepastian. Kapan waktu untuk meminang, agar dapat melangsungkan pernikahan di pelaminan. Daya mengharap kebahagiaan, berujung mendapat kesensaraan. Tentu hal ini akan terjadi, mengingat virus merah jambu yang menyerang pasangan muda-mudi di momentum Valentine’s day meresap hingga ke akar-akar logika sehatnya.

Ketika cinta telah menggerogoti ke dalam jiwa, maka logika sehat tergantikan oleh logika melarat. Tai kucing pun terlihat seperti coklat, maka kalimat puitis yang penuh kepalsuan akan menjadi senjata andalan bagi pasangan muda-mudi dalam melangsungkan aksinya.

Sangat miris memang, namun inilah fakta yang harus disadari bersama. Jadi, apapun alasannya jangan sekali-kali merayakan Valentine’s day karena ini masuk dalam kategori zina. Islam sudah sangat jelas mengatur mengenai limitasi pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang belum halal.

Setidaknya ada tiga hal yang perlu dihindari untuk mencegah diri terlibat dari perzinahan. Pertama, jangan merayakan Valentine’s day, ganti dengan perbanyak kesibukan di kegiatan yang lebih bermanfaat. Kedua, hindari memandang lawan jenis di luar dari koridor Islam. Sebagaimana dalam Alquran mengatakan “katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu lebih suci bagi meraka. Sungguh Allah mengetahui apa yang mereka perbuat” (Q.S An-Nur: 30).

Mengapa pandangan sangat perlu untuk dijaga, karena fitrahnya pandangan laki-laki terhadap perempuan sangat tajam dan membekas di hati, apalagi perempuan itu adalah idamannya. Jadi, sangat tepat yang dikatakan oleh orang bijak bahwa “lintah berawal dari sawah yang turun ke kali, cinta berwal dari mata turun ke hati”.

Ketiga, hindari berdua-duaan dengan lawan jenis yang bukan mahram, karena sesungguhya orang ketiga adalah setan sebagaimana peringatan Rasulullah dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dan disahihkan oleh Syekh Al-Albani bahwa “jangan salah seorang di antara kalian berkhalwat (berdua-duaan) dengan seorang wanita karena sesungguhnya setan menjadi orang ketiga di antara mereka berdua”.

Jika dari ketiga hal ini tidak berusaha untuk dihindari, berangkat dari momentum Valentine’s day yang kemudian menyandanag status pacaran, maka perbuatan zina akan menjadi hadiah bagi anda.

Dan tentu ketika perbuatan zina dilakukan, maka ganjarannya adalah dosa besar. Perbuatan zina yang berujung pada dosa besar, apakah masih dapat dikategorikan sebagai hari kasih sayang? Jawabannya adalah tidak sebab dosa adalah bentuk manifestasi dari perbuatan-perbuatan tercela yang dilakukan.

The post Valentine’s Day, Benarkah Hari Kasih Sayang? appeared first on Kolong Kata.


Sumber: https://kolongkata.com/2020/02/15/valentines-day-benarkah-hari-kasih-sayang/