MAKASSAR– Tim Pokja HIV dan para pemangku kepentingan terus bergerak untuk mendorong lahirnya Perda HIV. Perda ini bertujuan untuk membantu program pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS, di Kota Makassar.
Direktur Perhimpunan Keluarga Berencana Indonesia, (PKBI) Sulsel, Andi Iskandar Harun, menyampaikan, salah satu aspek pencegahan yang sangat dibutuhkan adalah Perda, dan pentingnya lagi bagaimana edukasi sampai pada kelompok-kelompok usia muda kaitannya dengan informasi yang benar tentang HIV, itu di pencegahan.
“Pentingnya Perda HIV di hal lain yaitu angka di kota Makassar sudah mendekati 15 ribu. Ini untuk Kota Makassar artinya bahwa kita harus menyediakan sejumlah dana untuk bisa memperpanjang hidup mereka dengan pengobatan karena hanya ini yang bisa dilakukan. Jadi ketika orang sudah kena HIV kemudian dia tidak masuk dengan WHO haidline, tidak melakukan terapi anti retro viral virus maka dia tidak akan panjang usianya, dia paling bisa bertahan 3 sampai 5 tahun ketika tidak melakukan pengobatan,” ujar Iskandar pada pertemuan kekuatan regulasi dalam Membantu Pencegahan dan Penanggulangan HIV-AIDS di Kota Makassar pada Selasa 3 Oktober 2023.
“Saya mewakili teman-teman DPRD mewakili pak ketua DPRD mengucapkan banyak terima kasih. Ini masalah kemaslahatan orang banyak yang tentu dunia pun lewat PBB menjadi pemikiran bagaimana ini semuanya di kerjakan di semua negara yaitu bagaimana menekan atau menghilangkan namanya HIV di semua lini-lini kehidupan ini. Tentu kita berharap LSM bisa bergerak dengan masif dan bekerjasama dengan pemerintah di dalam penanggulangan HIV,” katanya.
Hadi menambahkan, ada perwalinya di Kota Makassar maka kami berkewajiban untuk bagaimana memasukkan nanti di Perda inisiatif dan insyaallah ini yang pertama 2024 dari komisi D akan memasukkan sebagai perda inisiatif komisi D tentang perda penanggulangan HIV di Kota Makassar, sehingga dengan adanya perda ini semakin tajam ke masyarakat.
“Basanya ada bentuk perhatian negara pemerintah khususnya di Makassar bagaimana penanggulangan HIV itu bisa di tangani dengan baik oleh pemerintah kota Makassar yang dimasifkankan oleh NGO NGO yang bergerak di bidangnya sehingga mereka yang sudah terpapar HIV tidak terkucilkan dengan keberadaannya tetapi mereka di dampingi, Perda sangat urgensi dan harus lahir di kota Makassar,” tutur Hadi.
Staf Perencana Bapedda Kota Makassar Zainal Mile, mengatakan, pertemuan multi sektor HIV/AIDS di Makassar ini sangat strategis dengan menghadirkan ketua komisi D DPRD pak Hadi, artinya dalam pertemuan ini menghasilkan mindset pemikiran yang sama dengan teman-teman Pokja HIV/Aids di kota Makassar dimana akan di buat perda terkait HIV AIDS di tahun 2024.
“Dari Bapedda dalam pelaksanaan pembuatan Perda kiranya dapat memuat indikator program kegiatan dalam pelaksanaannya melibatkan teman-teman dari pihak pendonor oleh karena itu masukan saya dalam penyusunan Perda ini perlu di susun pelaksanaan program kegiatan oleh multi sektor baik melalui swakola tipe tiga dan akan mendukung pelaksanaan nantinya di lapangan karena dalam pendampingan ataupun penjangkauan teman-teman ODIV di lapangan mereka punya pengalaman yang tidak di ragukan lagi, “Kata Zainal
Pertemuan multi sektor yang berlangsung di Hotel Novotel dihadiri dari berbagi lingkup SKPD, MUI Kota Makasar, dan media.
Andi Iskandar, menambahkan pentingnya perda ini adanya transisi antara populasi kunci sebagai LSL atau LGBT dan berkontribusi besar itu sebenarnya sudah mengarah pada penularan domestik jadi laki-laki yang menjadi pasangan atau jajan dengan pekerja seks perempuan atau bahkan memiliki orientasi seksual suka dengan laki-laki ini yang kemudian dalam konteks budaya kita karena itu tidak di akui mereka juga menikah sehingga dapat menulari perempuan atau istri, ibu rumah tangga dan mungkin bisa menghasilkan keturunan yang juga HIV.
“Angka perempuan yang ibu rumah tangga terpapar sudah mulai tinggi penularan pada wilayah domestik atau wilayah rumah tangga. Kenapa kemudian menjadi dasar pentingnya perda HIV kota Makassar sekarang kita dorong, kalau Makassar punya perda maka otomatis perwali itu bisa lebih kuat lagi mengakar pada penganggaran yang mungkin menjadi hal perlu di pertimbangkan karena saat ini 15 ribu orang yang sudah tergantung pada obat yang sekarang sudah terbiasa dengan gratis itu kemudian kalau donornya pergi dari Indonesia kemungkinan besar angka kematian kita akan tinggi pada teman-teman yang sudah ODIV ini prediksinya bisa begitu,” tutup Andi Iskandar.(*)