MAKASSAR – Tim Penilai Nasional dari UNESCO Creative Cities Network (UCCN) mengadakan kunjungan selama dua hari di Kota Makassar sebagai bagian dari proses penilaian untuk nominasi kota Gastronomi UNESCO. Kunjungan yang berlangsung pada 28-29 September 2024 ini menjadi langkah penting dalam pengajuan Makassar untuk bergabung dengan jejaring kota kreatif dunia.
Dipimpin oleh Ronny Loppies, Focal Point Ambon Creative City of Music UNESCO, dan didampingi oleh Ananto Kusuma Seta dari Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU), serta tim Kemenparekraf yang terdiri dari Diah Nurlianingsih dan Adityo Susetyo, kunjungan ini berfokus pada eksplorasi keunikan dan kekayaan kuliner Makassar yang menjadi andalan kota ini. Tim penilai mengecek secara langsung antara dokumen nominasi yang diajukan dengan kondisi di lapangan, sekaligus menggali cerita di balik setiap hidangan yang disajikan.
Dalam proses penilaian ini, tim mengunjungi beberapa lokasi ikonik kuliner di Makassar, seperti Pasar Malam Losari, yang terkenal dengan sajian makanan laut segar dan jajanan khas Makassar. Mereka juga mengunjungi Lorong Wisata Kuliner di Tamalanrea dan Biringkanaya, melihat bagaimana UMKM lokal memanfaatkan potensi kuliner sebagai daya tarik utama bagi wisatawan.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Makassar, Muhammad Roem, menyampaikan bahwa Makassar telah mempersiapkan diri secara maksimal untuk proses visitasi ini. “Kami ingin menunjukkan kepada dunia bahwa Makassar memiliki kekayaan kuliner yang tidak hanya lezat, tetapi juga mengandung nilai budaya dan sejarah yang kuat. Proses penilaian ini adalah kesempatan emas bagi kami untuk membuktikan potensi Makassar sebagai kota Gastronomi UNESCO,” kata Roem.
Selain mencicipi berbagai hidangan khas Makassar seperti Coto, Pisang Ijo, dan Es Pallu Butung, tim penilai juga berdialog dengan para chef lokal, pelaku UMKM, dan masyarakat setempat yang terlibat dalam industri kuliner. Mereka tertarik dengan cara unik masyarakat Makassar mengolah makanan dan menjaga resep-resep tradisional yang diwariskan secara turun-temurun.
Diah Nurlianingsih dari Kemenparekraf menyatakan apresiasinya atas kerja keras dan antusiasme yang ditunjukkan oleh masyarakat Makassar. “Kami melihat bahwa gastronomi di Makassar bukan hanya tentang makanan, tetapi juga bagian dari identitas dan kebanggaan kota ini. Hal ini sangat sesuai dengan konsep kota kreatif yang ingin dikembangkan oleh UNESCO,” ujarnya.
Hasil dari visitasi ini akan menjadi bahan pertimbangan penting bagi UNESCO dalam menentukan kota-kota yang akan diusulkan sebagai anggota UCCN tahun 2025. Jika berhasil, Makassar akan bergabung dengan kota-kota kreatif lainnya di dunia, membuka peluang kerjasama internasional serta meningkatkan daya tarik wisata yang berdampak positif pada perekonomian lokal.
Dengan harapan yang tinggi dan dukungan penuh dari seluruh elemen masyarakat, Makassar siap menantikan keputusan UNESCO pada tahun 2025 mendatang, yang diharapkan akan membawa kota ini ke tingkat internasional sebagai pusat kuliner yang kreatif dan berkelanjutan. (KY)